Pages

05 August 2011

Untuk Bapak

Selamat Ulang Tahun, Bapak.

Terimakasih perjuangannya sampai saat ini, untuk memberikan sesuap nasi bagi keluarga.
Dirimu, adalah pahlawan bagi kami. :')
Terimakasih telah menjadi Bapak yang sempurna serta teman berbagi untuk saya selama ini.
Terimakasih untuk kebebasan yang dirimu berikan, dengan sedikit pun tidak memberlakukan jam malam bagi saya selama ini. :-*

Terimakasih untuk kesabaran dan kelembutan hatimu selama ini.
Sekalipun ketika anak gadismu ini pulang jam setengah 2 pagi naik angkutan umum sendirian, tapi dirimu tetap tenang menunggu di rumah tanpa mengecek dengan menelepon setiap detik. Karna dirimu, memang yang paling mengerti bahwa aku tidak suka 'diteror'. :D

Terimakasih untuk bentakkan sayangnya yang bermakna selama ini, terutama saat saya mengalami masa-masa sulit dalam menempuh skripsi demi sebuah gelar sarjana. :)
Walaupun kata-katamu tak semanis kata-kata seorang mama yang kian menyejukkan hati, tapi bentakkan sayangmu sungguh bermakna dan membuat saya terus bangkit menghadapi apa yang saya sedang hadapi dengan pikiran jernih dan lebih dewasa.

Terimakasih, Bapak.
Apa yang sudah dirimu berikan, sudah pasti takkan mungkin sanggup untuk saya balas.
Tapi, semoga saya bisa membuatmu bahagia di hari-hari tuamu sekarang ini.
Semoga akan selalu ada seulas senyuman yang menghiasi wajahmu, walaupun kini senyuman itu sudah ditambah dengan efek kerut di ujung matamu.
Dan semoga doa-doa yang ku kirimkan kepada Allah SWT buat Bapak, di kabulkan oleh-Nya. Aamiin.

Sekali lagi.
Selamat Ulang Tahun, Bapak.
Love you, as always. *ketjupketjup*



-your little girl-

04 August 2011

Aku Tahu

Aku tahu, seharusnya perasaan ini tidak terus berkembang.
atau seharusnya malah tidak boleh ada.
Aku tahu, seharusnya hati ini pun tidak terbuai dengan simbol-simbol yang belum tentu sama dalam kenyataannya.
Aku pun tahu, seharusnya pikiran ini tetap berpijak ke bumi dan tidak melesat hingga ke langit ketujuh.
Namun, satu yang sangat aku tahu dengan pasti saat ini adalah bahwa...
Aku. Merindu.

12 February 2011

'raindrops' on my cheek

Dari kecil sampai sekarang, saya merupakan tipe orang yang tidak pandai berbicara atau mengekspresikan sesuatu melalui untaian kata secara langsung kepada orang lain. Bukan hanya disaat-saat formal seperti saat presentasi, diskusi atau semacamnya saja, tapi disaat-saat yang tidak formal pun terkadang saya tidak pandai mencurahkan apa yang ada di hati dan pikiran saya. Saya bukan tipe orang yang dengan mudah mengekspresikan masalah yang saya hadapi kepada orang lain. Bahkan kepada orang yang sangat dekat sekalipun, termasuk orang tua dan kakak saya. Walaupun terkadang mencoba mengeluarkannya *walaupun hanya* sedikit, tapi tetap saja saya tidak bisa mencurahkannya secara gamblang malah tak jarang saya mengeluarkan cengiran-cengiran padahal dalam kenyataannya yang saya alami tidak demikian.

Saya memang lebih sering menyimpannya sendiri, di dalam hati. Hingga terkadang hati ini tidak lagi dapat menampung rasa dan kantung mata tidak lagi dapat menampung bulir-bulir air yang membendung. Kalau sudah begitu, saya akan memutuskan untuk langsung masuk ke kamar. Tidak baik memang menyimpan masalah sendiri seperti ini, tapi setiap kali ada masalah saya hampir selalu begitu .

Dua hari yang lalu, saya merasa sudah berada di titik dimana saya tidak dapat lagi menampungnya sendiri. Saat berada di kampus ingin rasanya segera pulang dan memeluk mama agar hati ini tenang. Ini kali pertama saya sangat sangat sangat ingin memeluk mama saya, menyenderkan kepala di dada mama dan mengadu kepada mama. Karena memang selama ini kedekatan saya dengannya tidak seperti layaknya yang digambarkan di sinetron *haeee jadi korban sinetron* ataupun kedekatan beberapa teman saya sama mamanya, saya sangat jarang cerita kepada mama saya. Jangankan curhat masalah-masalah, cerita keseharian saja intensitasnya sangat jarang. Tapi, rencana itu akhirnya saya urungkan. Karna sesampainya di rumah, mama tidak ada dan ternyata sedang pergi ke dokter. Sungguh tidak tega menambah pikiran mama yang sedang tidak enak badan dengan masalah-masalah yang saya hadapi.

Namun, sepertinya memang kali ini saya benar-benar sudah tidak sanggup menampungnya sendiri. Akhirnya di jumat yang mendung dan hujan badai kemarin saya mencurahkannya semua kepada mama dan bapak *yang ternyata masih ada di rumah (ke gap)*. Sebenarnya diri ini juga tidak tega menambah beban pikiran mereka. Tetapi tidak tahu lagi mesti mengadu kemana, karena teman-teman seperjuangan pun juga pasti mempunyai masalah masing-masing dengan tugas akhirnya dan teman dekat lainnya sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk dihubungi apalagi dilempari dengan curhatan-curhatan dari saya yang memang secara keseluruhan kesalahan terletak di diri saya sendiri.

Dan dengan segala kebesaran hati seorang ibu, mama terus mendengarkan saya meracau dan menenangkan dan membesarkan hati saya yang sedang kacau. Ketika saya meminta maaf kepada kedua orangtua saya apabila kemungkinan terburuk terjadi kepada saya, lagi-lagi mereka membesarkan hati saya. Walaupun saya tau pasti akan ada sedikit rasa kecewa dilubuk hati yang paling dalam kedua orangtua saya apabila kejadian terburuk tersebut terjadi. Tapi itulah orangtua tidak mau menampakkan kesedihan di depan anaknya.

Disini, saya hanya bisa bersyukur kepada Allah SWT karna saya masih mempunyai orangtua lengkap yang selalu ada mendampingi saya. Semoga mereka selalu dilindungi dan disayangi oleh Allah SWT, sebagaimana mereka menyayangi saya dengan tulus sejak saya masih menjadi janin di dalam rahim mama saya. Dan selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang oleh Allah SWT agar bisa melihat saya memakai toga kelak. Amiiiin... :’) love you, ma, pak. *maaf, saya lagi-lagi menambah pikiran kalian :’( *